Pages

Minggu, 03 Mei 2015

Nutrisi Mikroorganisme



Segala bentuk kehidupan, baik yang mikroorganisme maupun makroorganisme memiliki persamaan dalam hal membutuhkan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan dalam bentuk zat-zat kimiawi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan makhluk hidup tersebut.
Planet Bumi kita ini dihuni oleh jutaan jenis mahluk hidup. Di antara jutaan jenis makhluk hidup ini ada yang terlihat oleh mata dan ada yang tak terlihat oleh mata. Mahluk hidup yang tidak dapat dilihat oleh mata tersebut berukuran amat kecil, disebut mikroorganisme. Untuk mengetahui atau mengamati mikroorganisme tersebut diperlukan alat bantu berupa alat pembesar, seperti loop, mikroskop biasa, dan mikroskop elektron.mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk marfologi serta struktur anatominya.
A.      Elemen Makro dan Elemen Mikro
Unsur hara esensial untuk tanaman dibedakan antara elemen makro dan mikro. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, sedang mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil.
Elemen makro lebih dibutuhkan untuk komponen struktural, sedang elemen mikro lebih mengarah untuk komponen fungsional. Sebagai contoh makronutrien N dalam jaringan dapat mencapai 1000 kali lipat lebih besar daripada Zn. Makronutrien tersebut : C H O N S P K Ca Mg ( Na Si ) sedang mikronutrien : Fe Mn Cu Zn Mo B Cl. Namun adakalanya keberadaan mikronutrien hampir menyamai makronutrien dalam jaringan misal Fe atau Mn di dalam jaringan sangat tinggi hampir menyamai S atau Mg, bahkan pada kondisi tertentu dijumpai konsentrasi yang tinggi terhadap elemen-elemen non essensiil yang di antaranya bersifat toksik (Al, Ni, Se, F).


B.       Tipe-tipe Nutrisi Mikroorganisme
Menurut Pelczar (2005:132-133), tipe-tipe nutrisi yang dijumpai pada bakteri terbagi atas:
1.      Beberapa bentuk kehidupan, dapat menggunakan energi pancaran atau cahaya dinamakan fototrof.
2.      Bentuk kehidupan yang bergantung pada oksidasi (kehilangan elektron dari suatu atom) senyawa-senyawa kimiauntuk memperoleh energinya. Makhluk ini disebut kemotrof.
3.      Banyak juga bentuk kehidupan yang menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Makhluk ini disebut autotrof. Bila mereka memperoleh energinya dari cahaya, maka disebut fotoautotrof. Bila memperoleh energinya dari hasil mengoksidasi senyawa kimiawi, maka disebut kemoautotrof.
4.      Beberapa bentuk kehidupan yang tidak dapat menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon satu-satunya dan bergantung kepada autotrof untuk menghasilkan senyawa organik. Makhluk itu disebut heterotrof.

Selain yang di atas, Penggolongan kehidupan mikroorganisme dapat pula dibagi atas dasar sifat organik atau anorganik dan dari donor elektron yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Jasad-jasad yang menggunakan bahan-bahan anorganik seperti nitrogen, NH3, H2S atau S sebagai donor electron disebut jasad yang litotrof, sedangkan jasad hidup yang menggunakan senyawa organik sebagai donor elektronnya digolongkan dalam jasad yang organotrof. Kalau kita menggolongkan jasad hidup berdasarkan atas kombinasi dari tipe energi dan donor elektron yang diperlukan untuk pertumbuhan, maka jasad hidup dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Fotolitotrof
Jasad-jasad fotoliototrof menggunakan sinar matahari sebagai energi primer dan menggunakan senyawa anorganik sebagai donor elektron untuk pertumbuhan.
2.      Fotoorganotrof
Jasad-jasad yang tergolong fotoorganotrof sumber energinya tergantung pada sinar matahari dengan menggunakan senyawasenyawa organik sebagai donor elektron.
3.      Kemolitotrof
Jasad-jasad kemolitotrof menggunakan sumber energi dari hasil oksidasi reduksi dari senyawa anorganik dan menggunakan senyawa anorganik sebagai donor elektron.
4.      Kemoorganotrof
Jasad-jasad yang kemoorganotrof tergantung dari hasil-hasil oksidasi reduksi dari senyawa organik sebagai donor electron untuk pertumbuhannya jasad yang termasuk golongan ini merupakan jasad heterotrof dan mencakup sebagian besar jasad renik dan termasuk pula bintang-bintang tertentu (Budiyanto, 2005)

C.       Faktor tumbuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri meliputi:
1.      Kandungan gizi
Seperti halnya makhluk hidup lainnya, bakteri juga membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhannya, bahan makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel.

2.      Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
a         Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C. 
b         Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 40° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 37 °C. 3) 
c         Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 55 - 60°C.
3.      pH (Tingkat keasaman)
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhan maksimum sekitar pH 6,5-7,5. Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik.
4.      Kelembaban
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
5.      Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar